Pandangan Islam Terhadap Revolusi Industri 4.0

revolusi industri

Modernis.co, Malang – Revolusi industri 4.0 merupakan tahap ke-empat yang hadir sepanjang sejarah. Sejak abad ke-18 Revolusi industri 4.0 telah dimulai. Dunia ini telah mengalami revolusi industri sebanyak empat kali. Revolusi yang pertama yaitu Revolusi industri 1.0 yang ditandai dengan penemuan mesin uap yang dapat mendukung mesin produksi.

Pada awal abad ke-19 dunia mengalami kemajuan teknologi yang kemudian ditandai dengan lahirnya Revolusi yang kedua yaitu Revolusi 2.0 yang ditandai dengan energi listrik dapat membuat mesin uap yang pada awalnya digunakan dalam proses produksi semakin lama digantikan dengan hadirnya tenaga listrik yang dapat dikendalikan secara otomatis oleh mesin tersebut.

Setelah itu muncullah Revolusi 3.0 yang dimulai pada akhir abad ke-20 yang ditandai dengan adanya Teknologi digital serta adanya internet. Pada revolusi inilah perusahaan dapat mengotomatiskan seluruh proses produksi tanpa adanya bantuan manusia. Dalam hal ini contoh yang kita ketahui seperti adanya robot, yang dapat melakukan urutan yang terprogram tanpa adanya campur tangan dari manusia.

Kemudian pada abad ke-21 muncullah Revolusi 4.0 yang hadir menggantikan Revolusi industri 3.0 yang ditandai dengan di terapkannya teknologi informasi dan komunikasi pada industri. Revolusi 4.0 ini merupakan revolusi yang dihadapi saat ini. Industri 4.0 suatu tren yang utama yang hadir di dunia industri yang dapat menyatukan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber.

Pada revolusi ini, tenaga manufaktur sudah menjadi tren otomasi dan pertukaran data yang meliputi sistem siberfisik, cognitive computing dan lain-lain. Pada tren ini telah mengubah pola pikir dan kehidupan manusia di berbagai bidang, yang diantaranya yaitu dunia pekerjaan, pendidikan serta gaya hidup masyarakat. Singkatnya revolusi industri 4.0 menjadikan teknologi yang cerdas yang dapat menghubungkan berbagai kehidupan manusia.

Dunia dan perkembangannya sekarang ini telah dikejutkan dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang perkembangannya semakin pesat. Kemajuan teknologi digital pada awal abad ini para pakar menyebut sebagai era revolusi industri 4.0. perubahan sistem laju pergerakannya telah melahirkan teknologi informasi dan suatu proses yang dapat dikendalikan secara otomatis.

Sehingga Mesin industri tidak lagi dikendalikan dari tenaga manusia tetapi menggunakan Programmable logic controller atau bisa juga disebut dengan suatu sistem yang berbasis komputer. Sehingga dampak dari biaya produksi atau operasional dapat menjadi semakin ringan. Dan juga teknologi informasi semakin maju diantaranya seperti kamera yang sudah terintegrasi dengan mobile phone dan juga semakin berkembangnya industri yang kreatif yang lain yang ada di dunia digital.

Munculnya Revolusi industri 4.0 memiliki peluang dan tantangan yang sangat besar. Satu hal yang memang benar bahwa hadirnya revolusi industri 4.0 tidak dapat di tolak ataupun di hindari. Pada revolusi industri 4.0 merupakan keniscayaan yang memang harus dihadapi oleh umat Islam.

Terdapat Karakteristik revolusi industri 4.0 yang harus dipahami yaitu: Pertama, hadirnya inovasi disruptif, Umat islam yang memiliki inovasi menghadirkan keadaan baru yang biasanya tidak banyak yang dapat menduga, yang pada akhirnya dapat menggantikan teknologi yang sudah lebih baik. Kedua, Perkembangan yang sangat pesat dengan adanya kecerdasan buatan. Kecerdasan yang telah ditambahkan pada suatu sistem yang dapat diatur dalam konteks ilmiah.

Kecerdasan tersebut dapat dimasukkan dalam suatu mesin komputer agar bisa melakukan suatu pekerjaan seperti yang dilakukan oleh manusia. Ketiga, istilah big data yang pada awalnya hanya dapat disimpan dalam memori besar sepereti mainfream atau server. Sehingga setiap orang yang menggunakan smartphone dapat memiliki big data dengan berbagai keterbatasannya. Dalam memanfaatkan teknologi digital ini sehingga dapat menunjukkan seberapa banyak seseorang terlibat dalam revolusi industri 4.0, khususnya bagi umat islam.

Sebagai seorang muslim yang memiliki peran masing-masing dengan memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan keputusan-keputusan strategis seperti berbisnis online dengan menjual busana muslim , berdakwah agar dapat menggali kekuatan dan dapat menyatukan islam, dan juga seperti memunculkan dakwah disosmed, sehingga bisa dikatakan dapat menangkap peluang dan dapat menghadapi tantang pada revolusi industri 4.0.

Sebagian umat islam yang secara cepat dapat menangkap peluang Revolusi industri 4.0, sehingga mereka memanfaatkan teknologi digital sebagai sumber pencaharian. Dengan melakukan jualan online seperti menjual Jilbab, mukena, Baju Muslim, serta berbagai peralatan ibadah. Demi memberi kemudahan dalam melakukan jualan online dengan menggunakan sistem kredit.

Dengan demikian sehingga memiliki dampak yang negatif bagi para bisnis ritel, banyak perusahaan besar seperti ramayana memiliki peminat yang kecil dikarenakan kalah saing dengan adanya layanan jual beli online. Sehingga peluan bisnis tersebut masih memiliki daya tarik dengan durasi yang panjang.

Revolusi industri 4.0 banyak dimanfaatkan oleh sebagian umat muslim yang melek IT, sehingga memiliki pengaruh terhadap bergeraknya sistem tradisional yang menuju sistem yang berpusat kepada informasi. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap pembentukan sistem tata nilai, pengetahuan keagamaan, tradisi dan kebudayaan. Sebagai umat islam yang modern, selain memiliki realita aktual, juga memiliki realita virtual.

Realita virtual dipromosikan melalui media sosial. Dalam konteks demoktratisi Indonesia, media sosial mempunyai efek ideologis yang kontradiktif. Selain itu juga media sosial dapat meningkatkan aspirasi dan kritikdari warga, namun di sisi lain, media sosial tidak jarang kita temukan untuk menyebar kebencian, hoaks, serta fitnah yang dapat diungkapkan sebebas-bebasnya yang dapat menebarkan kebencian Di Imdonesia.

Di era digital sekarang ini, terdapat pesan-pesan kitab suci yang diwacanakan melalui informasi daring. Diantaranya yaitu, dakwah virtual. Dari sinilah muncul apa yang telah disebutkan oleh Bryan S. Turner, sebagai diskursif dan otoritas populer. Dalam masyarakat jaringan network society, diksurisf dan otoritas dibentuk melalui data yang dapat menyebarkan informasi.

Sehingga kuasa dari otoritas, dan kharisma dapat di tentukan oleh berapa banyak pengaruh wacana keagamaan dan sosial politik yang berhasil diviralkan dan mempunyai hegemonik yang dapat mempengaruhi massa atau warganet.

Pada masa sekarang ini, umat Muslim di Indonesia banyak yang menikmati tren yang baru yaitu Dakwah virtual sebagai salah satu tanda wujud dari di manfaatkannya industri 4.0. Dakwah virtual melalui berbagai fans fage dakwah, khususnya di media sosial, umat muslim Indonesia sebagian setiap harinya menggunakan media sosial untuk melihat Isu-isu sosial keagamaan secara instan.

Mereka juga menanggapi bahwa dakwah virtual sebagai salah satu sumber pengetahuan yang baru mengenai perihal keislaman. Karena di sana mendapatkan solusi dari berbagai persoalan mulai dari persoalan tentang amaliyah sampai dengan persoalan teologis.

Kebangkitan para da’I virtual ternyata juga tidak hanya merespon isu keislaman. Belakangan ini juga mereka merespon bahwasannya Isu-isu kebangsaan dan politik. Aktivitas Dakwah virtual juga memberikan dampak yang cukup signifikan bagi masa Islam, baik pada tataran teologis maupun politis.

Oleh: Khairunnissa (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment